Puisi Pantulan Cahaya Rembulan yang Terlarang: Getarkan Para Pembaca
FAKTALAPANGAN.COM-Cinta yang terlarang, rindu yang tertanam, dan penerimaan yang penuh kebijaksanaan. Itu yang tergambarkan dalam puisi yang baru-baru ini ramai dibicarakan, di mana seorang pujangga menggambarkan perjalanan hati yang hancur oleh penghianatan, namun akhirnya menemukan cara untuk menyimpan cinta lama dari jauh melalui pantulan cahaya rembulan yang lembut.Sabtu 06/12/2025
Judul Puisi:Pantulan Cahaya Rembulan yang Terlarang
Rindu yang tertanam di dalam rasa yang terlarang .
Tak ubah seekor kumbang hinggap di pinggir bunga larangan lalu terbuang.
Kita pernah semangkuk rasa dalam cinta namun dengan sekedip mata rasa semua menjadi hilang.
Saat ombak selatan mengguncang ragamu aku tergeser di pinggir hatimu.
Sempat kau bilang dengan berat hati agar aku untuk melupakanmu .
Saat itu aku membisu jiwa terpaku raga tak menentu.
Bahagia ku padamu hanya sebuah mimpi yang kau sulam dengan dusta.
Aku hampir mati oleh kerna cintanya tidak ada satu pun obat penawar untukku saat dilanda racun asmara .
Belum sembuh luka di dada satu purnama datanglah surat undangan merah jingga.
Hati yang luka menjadi hancur saat ku baca rupanya pernikahan engkau dan dia.
Patah hati berulam jantung bunga yang indah pernah ku pegang rupanya berduri menusuk hati.
Di balik ombak Utara ku seberangi, dengan gemetar hadiri hari pernikahan mu rasa bagaikan mimpi.
Sebelum beranjak pergi kutatap matamu terkenang mimpi silam semua tiada berarti.
Derita ku semakin panjang luka itu semakin luas tidur aku mengigau nama mu sedangkan terjaga terbayang wajahmu.
Badan ku kurus dan pucat sakit ku panjang menanggung penghianatan cintamu .
Banyak sudah aku jumpai orang yang bisa menyembuh segala macam penyakit namun sakit atas penghianatan cinta tiada obat untuk itu.
Akhirnya semua terbiasa dengan rasa yang pahit ini aku berjalan di atas air mata dan luka yang pekat
Belasan tahun ternyata rasa itu masih sama dan satu windu yang lalu kita pernah bertemu di simpang jalan kenangan muka mu pucat langkah mu berat.
Bibirmu tersendat namun ku tau penyampaian mu yang tersirat ternyata cinta mu untukku masih kuat.
Itulah misteri cinta dua anak manusia memiliki kasih sayang begitu besar namun hakikat cinta yang terlarang rasa itu tak berdosa tapi waktu yang tiada tepat .
Dan aku tidak mau menjadi racun dalam istana mu biyarlah aku melihat bayangmu dari pantulan cahaya rembulan izinkanlah kau tetap ku simpan di hatiku sampai akhir hayat.
Cipta FZ
Penutup puisi
izinkanlah kau tetap ku simpan di hatiku sampai akhir hayat.' Kata-kata terakhir itu terucap seperti bisikan angin malam penuh kesedihan yang mendalam, tapi juga kedamaian yang tiba setelah lama bergelut. Di balik semua luka, penghianatan, dan rasa terlarang, puisi ini menyampaikan pesan yang dalam: cinta tak pernah salah.
Bahkan ketika waktu dan keadaan tidak mengizinkannya. Terkadang, mencintai dengan menjauh dan tidak menjadi beban bagi orang yang dicintai — itu adalah bentuk cinta yang paling kuat dan terhormat, yang akan tetap bersinar seperti pantulan rembulan meskipun dunia di sekitar kita terus berputar.
Kesimpulan Berita
Melalui puisi yang dibalut kata-kata indah dan emosi yang tumpah ruah, pencipta mengungkapkan pesan kebijaksanaan yang melampaui sekadar cerita cinta terlarang. Dia menekankan bahwa "cinta tak berdosa, tapi waktu yang tiada tepat yang membuatnya terlarang sebuah pemahaman yang datang setelah lama bergelut dengan rasa sakit, penghianatan, dan keinginan yang tidak bisa terpenuhi.
Bagi pencipta, perjalanan dari kegelapan kesedihan menuju cahaya penerimaan bukanlah tentang melupakan, melainkan tentang mengubah cara mencintai: dari keinginan memegang erat, menjadi keinginan melihat orang yang dicintai bahagia.
Dia menyampaikan bahwa menyimpan orang itu di hati sampai akhir hayat — tanpa mengganggu kehidupannya yang sudah berjalan, tanpa menjadi "racun" yang merusak istananya yang baru — adalah bentuk cinta yang paling murni dan terhormat. Ini adalah bukti bahwa hati manusia mampu menemukan kedamaian dalam keadaan yang paling menyakitkan, melalui pemahaman bahwa cinta tidak selalu harus memiliki bentuk fisik. Puisi ini jadi cerminan kebijaksanaan hidup: terkadang, yang paling sulit dilakukan adalah juga yang paling benar — dan seperti pantulan cahaya rembulan yang lembut menyinari pantai, cinta yang terpendam itu tetap bersinar, memberikan makna tanpa pernah menyakitkan.
Tim
Posting Komentar untuk "Puisi Pantulan Cahaya Rembulan yang Terlarang: Getarkan Para Pembaca"