Puisi "Wahai Nona"
Keterangan Foto Ilustrasi
FAKTALAPANGAN.COM- Puisi yang berjudul “Wahai Nona” menjadi bukti bahwa sastra masih menjadi ruang ekspresi yang kuat bagi generasi muda untuk menuangkan isi hati dan pandangan hidupnya. Dengan gaya bahasa yang halus dan simbolis, puisi ini mengajak pembaca merenungkan arti cinta, kehilangan, dan keikhlasan.Minggu 02/11/2025
Wahai Nona
Wahai Waktu mengapa kau begitu kejam memisahkan dia dan aku.
Wahai Bulan,Aku gelap dalam sinarmu di mana jalan harus ku tuju
Wahai engkau satu bunga larangan ijinkanlah namamu mekar di hatiku.
Aku tau ini tentang rasa tak harus ada tapi sudah beberapa Windu kau tetap bertamu di hati.
Sulit di pahami oleh logika ini tentang cinta tak harus memiliki.
Kalau tidak ada arah "kenapa Nona-Kenapa Nona" kau selalu menjelma dan menggema di setiap sunyi ini.
Aku tau sudah berwindu-windu semua berakhir mengapa rasa itu tak pernah pudar di setiap jiwa dan raga kita.
Semua menjadi serba salah seharusnya aku tak melangkah pada cinta langka.
Walaupun kita sudah memiliki istana dan batas yang berbeda kenapa Asa untuk membangun Gubuk berlandaskan rasa masih menggema.
Wahai bintang mengapa harap itu masih bergantung kepada ranting yang tak pernah rapuh.
Wahai awan apakah seberkas cahaya kebahagiaan akan datang kepada pungguk yang merindukan rembulan tampa lelah.
Wahai Matahari pagi apakah kami akan bertemu di waktu senja atau terbatas oleh dinding pemisah hingga di penghujung langkah
Karya:Fauzan
Semua tak harus dimiliki. Kadang cukup dirasakan, dikenang, dan diikhlaskan,” dengan senyum lirih.
Melalui karya seperti ini, diharapkan semangat berkarya di bidang sastra terus tumbuh di kalangan pelajar. Sebab, lewat kata-kata, setiap rasa bisa menemukan bentuknya sendiri.
Red
Posting Komentar untuk "Puisi "Wahai Nona""